Studi ini dilakukan di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, Indonesia, dengan fokus pada wilayah yang didiami oleh masyarakat adat Moronene. Bombana merupakan daerah yang dikenal kaya akan sumber daya alam, khususnya di sektor pertambangan, dengan aktivitas penambangan emas skala kecil (ASGM) yang ekstensif terkonsentrasi di beberapa kecamatan. Aktivitas pertambangan ini telah menyebabkan tantangan lingkungan yang signifikan, termasuk kontaminasi merkuri dan degradasi lahan, yang secara langsung berdampak pada wilayah adat Moronene.
Masyarakat Moronene sebagian besar berlokasi di kecamatan Rarowatu dan Rarowatu Utara, di mana struktur kepemimpinan adat masih aktif dipertahankan. Wilayah-wilayah ini berfungsi sebagai inti praktik konservasi budaya dan sangat penting untuk penelitian ini karena peran masyarakat dalam melestarikan pengetahuan ekologi lokal. Lokasi studi dipilih secara purposif untuk menangkap berbagai dinamika sosial, dari praktik konservasi tradisional hingga pengembangan literasi digital, sebagai bagian dari penilaian awal Inisiatif EcoMoronene.
Kegiatan pengumpulan data, termasuk wawancara, FGD, dan survei, dilakukan secara langsung di dalam permukiman masyarakat, sekolah, kantor desa, dan ruang komunal informal tempat diskusi budaya dan lingkungan biasanya terjadi.